MUHAMMAD YOGA PRATAMA, YOGA and WIDORISNOMO, WIDORISNOMO and AGUS PRAMONO, AGUS (2023) PENATAAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN PERKOTAAN SEBAGAI FEEDER ANGKUTAN UMUM MASSAL BERBASIS JALAN (BRT BANJARBAKULA) DI KOTA BANJARBARU (STUDI KASUS : TRAYEK A KOTA BANJARBARU). PENATAAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN PERKOTAAN SEBAGAI FEEDER ANGKUTAN UMUM MASSAL BERBASIS JALAN (BRT BANJARBAKULA) DI KOTA BANJARBARU (STUDI KASUS : TRAYEK A KOTA BANJARBARU). pp. 1-9.
![]() |
Text (ANGKUTAN FEEDER)
JURNAL MUHAMMAD YOGA PRATAMA.pdf Download (599kB) |
Abstract
Kota Banjarbaru adalah salah satu kota yang juga sebagai ibu kota provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Statusnya sebagai ibu kota provinsi Kalimantan Selatan telah ditetapkan pada tahun 2022, menggantikan Kota Banjarmasin, berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2022. Indeks Pembangunan. Manusia tahun 2022 di kota Banjarbaru merupakan yang tertinggi di provinsi Kalimantan Selatan, yakni 79,26. Dari PKL Kota Banjarbaru Tahun 2022 didapatkan hasil analisis survei wawancara rumah tangga dengan perolehan persentase penggunaan moda pada daerah studi Kota Banjarbaru yaitu, sepeda motor 67%, mobil 20%, angkutan umum 6%, sepeda 2% dan lain-lain 5%. Rendahnya minat pengguna angkutan umum dibandingkan dengan angkutan pribadi seperti sepeda motor dan mobil, dikarenakan kualitas pelayanan angkutan umum yang rendah seperti rendahnya jumlah frekuensi angkutan perkotaan yang melintas. untuk jumlah angkutan umum yang di izinkan di Kota Banjarbaru sebanyak 115 kendaraan tetapi dari hasil survey di lapangan oleh PKL Banjarbaru 2022 hanya 38 kendaraan yang beroperasi di lapangan. Dari 2 trayek yang beroperasi ada 1 trayek yaitu trayek A yang bertumpang tindih dengan koridor 1 BRT BANJARBAKULA dengan tingkat tumpeng tindih 79,5% dengan panjang trayek 21 km dan sepanjang 16,90 km mengalami tumpang tindih pada koridor 1 BRT BANJARBAKULA. Dengan adanya permasalahan tingkat tumpang tindih yang cukup tinggi antara angkutan umum kota di trayek A dan Koridor 1 BRT BANJARBAKULA yang mencapai 79,5% dan Untuk jumlah load faktor angkutan kota trayek A hanya sebesar 27% dan untuk Trayek B sendiri 22% maka dari itu perlu dilakukan penanganan trayek eksisting. Oleh karena itu, maka jaringan trayek angkutan perkotaan yang ada saat ini harus ditata kembali, agar selain untuk meningkatkan pelayanan angkutan umum diharapkan juga jaringan ini mendukung pelayanan koridor 1 BRT BANJARBAKULA. Kata Kunci: Angkutan Umum, Tumpang Tindih, Load Factor, Bus Rapid Transit (BRT)
Item Type: | Article |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Angkutan Umum, Tumpang Tindih, Load Factor, Bus Rapid Transit (BRT), Angkutan Feeder |
Subjects: | H Social Sciences > HE Transportation and Communications |
Divisions: | Diploma IV Transportasi Darat |
Depositing User: | Transdar TD 1.10 |
Date Deposited: | 03 Jun 2024 07:59 |
Last Modified: | 03 Jun 2024 07:59 |
URI: | http://digilib.ptdisttd.ac.id/id/eprint/4892 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |