PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA GANTRY CRANE (GC) DENGAN DUMP TRUCK (DT) TERHADAP OPERASI BONGKAR BATU BARA PT BARA ALAM UTAMA (BAU) DAN PT BARA MULTI SUGIH SENTOSA (BMSS) DI STASIUN KERTAPATI

SHINTA AYU PRAYOGA, SHINTA (2023) PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA GANTRY CRANE (GC) DENGAN DUMP TRUCK (DT) TERHADAP OPERASI BONGKAR BATU BARA PT BARA ALAM UTAMA (BAU) DAN PT BARA MULTI SUGIH SENTOSA (BMSS) DI STASIUN KERTAPATI. Diploma thesis, POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD.

	Text DAFTAR COVER.pdf Download (179kB)
	Text DAFTAR ISI.pdf Download (586kB)
	Text BAB I.pdf Download (348kB)
	Text BAB II.pdf Download (883kB)
	Text BAB III.pdf Download (1MB)
	Text BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (581kB)
	Text BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB)
	Text BAB VI.pdf Restricted to Registered users only Download (155kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN.pdf Download (199kB)

Abstract

Stasiun Kertapati merupakan stasiun penumpang sekaligus stasiun barang yang terletak di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Stasiun ini merupakan area bongkar Kereta Api Baraswasta yang mengangkut batu bara dari PT Bara Alam Utama (BAU) dan PT Bara Multi Sugih Sentosa (BMSS) di Sukacinta. Area bongkar ini menggunakan 2 metode yakni metode Gantry Crane (GC) dan Dump Truck (DT) yang memiliki efektivitas yang berbeda. Berdasarkan Analisis Peramalan (Forecasting); Analisis Ketersediaan Inventarisasi; Analisis SWOT; serta Analisis Lama Waktu, Frekuensi, Kapasitas, dan Waktu Tunggu Bongkar, kedua metode ini memiliki perbedaan efektivitas tersendiri namun metode yang lebih efektif saat ini adalah metode Dump Truck (DT). Sementara itu, untuk mendukung Era Industri 5.0 diperlukan metode bongkar secara otomatis sehingga pemanfaatan metode Gantry Crane (GC) dapat diimplementasikan sepenuhnya. Adapun rencana penataan emplasemen menjadi alternatif terkait area bongkar KA Baraswasta yang belum mampu membongkar 60 Gerbong Datar (GD 54) KA Baraswasta dalam satu waktu. Hal ini menyebabkan antrean bongkar di stasiun sebelumnya akibat lama waktu bongkar yang mencapai 390 menit atau 6,5 jam. Alternatif ini menjadi peluang optimalisasi metode bongkar dengan menggabungkan kedua metode secara bersamaan (simultan) melalui reaktivasi jalur dan pembebasan kontainer pada area bongkar

Actions (login required)

View Item