PENGEMBANGAN POLA STABLING PADA EMPLASEMEN STASIUN BANDUNG

BAYU MUKTIAJI, BAYU MUKTIAJI and POPIK MONTANASYAH, POPIK MONTANASYAH and IMAM PRASETYO, IMAM PRASETYO (2024) PENGEMBANGAN POLA STABLING PADA EMPLASEMEN STASIUN BANDUNG. PENGEMBANGAN POLA STABLING PADA EMPLASEMEN STASIUN BANDUNG. (Submitted)

[img] Text
06_BAYU MUKTIAJI_JURNAL.pdf

Download (845kB)

Abstract

Stasiun Bandung merupakan salah satu stasiun kelas besar yang memiliki 10 jalur untuk menampung KA Jarak Jauh, KA Lokal, dan KA Feeder. Frekuensi kereta api yang melintas di stasiun Bandung merupakan yang tersibuk di DAOP II Bandung dengan jumlah 124 KA per hari terhitung di bulan Mei 2024. Semua jenis KA yang melintas pasti melakukan naik turun penumpang di Stasiun Bandung. Hal ini dikarenakan Stasiun Bandung mendominasi sebagai stasiun tujuan akhir baik KA Jarak Jauh maupun KA Feeder. Dari 10 jalur yang ada pada emplasemen, yang dapat digunakan untuk naik turun penumpang sebanyak 7 jalur dari jalur 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Kapasitas stabling kereta saat ini tidak mampu menampung dengan jumlah KA yang mempunyai tujuan akhir Stasiun Bandung. Hal ini mengakibatkan emplasemen Stasiun Bandung sebagai tempat stabling kereta. Seharusnya, kegiatan stabling kereta dilakukan di depo kereta agar tidak mengganggu operasi KA yang melintas di emplasemen Stasiun Bandung. Kebutuhan jalur stabling sekarang pada Stasiun Bandung perlu dikembangkan mengingat setiap tahun akan ada pengembangan pola operasi mengenai penambahan frekuensi KA yang melintas. Saat ini Depo Kereta Bandung memiliki 2 jalur perawatan dan 4 jalur stabling. Dengan menggunakan analisis perhitungan kebutuhan jalur pada Depo Kereta Bandung untuk menampung sarana kereta sejumlah 180 unit memerlukan 6 jalur perawatan. Maka dari itu, perlu dilakukan pengembangan Depo Kereta sebagai solusi jangka panjang dengan mempertimbangkan lahan yang tersedia di sekitar Depo Kereta Bandung. Sedangkan sebagai solusi jangka pendek mengatasi stabling sarana di Stasiun Bandung yaitu dengan memindahkan sarana ke stasiun terdekat yaitu Stasiun Ciroyom. Selain jarak stasiun yang paling dekat diantara stasiun lainnya, frekuensi perjalanan KA pada Stasiun Ciroyom lebih sedikit dibanding stasiun lainnya yaitu hanya melayani KA Lokal Bandung Raya dan KA Lokal Garut. Penambahan fasilitas cuci sarana pada Stasiun Ciroyom perlu dilakukan untuk menunjang perawatan sarana saat stabling pada emplasemen Stasiun Ciroyom dengan memperhatikan kondisi drainase agar air cucian bisa dialirkan secara baik.

Item Type: Article
Subjects: T Technology > TF Railroad engineering and operation
Divisions: Diploma III Manajemen Transportasi Perkertaapian
Depositing User: MTP 1 2024
Date Deposited: 07 Oct 2024 07:20
Last Modified: 07 Oct 2024 07:20
URI: http://digilib.ptdisttd.ac.id/id/eprint/8553

Actions (login required)

View Item View Item