KORDINASI LAMPU LALU-LINTAS (STUDI KASUS SIMPANG TUNGKAK, SIMPANG TIGA CADUSA, SIMPANG JOKTENG WETAN)

Hari, Prasojo (2019) KORDINASI LAMPU LALU-LINTAS (STUDI KASUS SIMPANG TUNGKAK, SIMPANG TIGA CADUSA, SIMPANG JOKTENG WETAN). Diploma thesis, POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD.

Text Hari Prasojo.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB)

Abstract

Di Kota Yogyakarta pada tahun 2018 Simpang tungkak masuk kedalam simpang terburuk dari segi kinerjanya. Degree Of Saturation ( Derajat Kejenuhan) pada simpang tungkak adalah 0,72, Simpang Cadusa 0,68, Simpang Jokteng Wetan 0,68. Panjang antrian pada simpang Tungkak adalah 55 m, pada simpang Cadusa 39 m, dan simpang Jokteng wetan 42 m. Tundaan rata-rata pada simpang Tungkak 71 detik/smp (LOS “ F “), simpang Cadusa 47 detik/smp (LOS “ E “) , Simpang Jokteng wetan 76 detik/smp (LOS “ F “), penilaian Level of Service ini berdasar pada PM 96 Tahun 2015. Data primer dalam penelitian ini berupa: Geometrik Simpang, Volume Lalu Lintas Tiap Kaki Simpang, Waktu Siklus, Antrian Dan Tundaan, dan Kecepatan Ruas. Sedangkan data sekunder berupa: Data jaringan jalan dan tata guna lahan. Analisis pengolahan data berupa analisis simpang eksisting menggunakan MKJI dan Optimalisasi pengendalian APILL menggunakan MKJI. Dan dipilih skenario terbaik. 1. Kinerja ketiga simpang yang berada di sepanjang ruas jalan Kolonel Sugiyono Kota Yogyakarta dalam kondisi diukur berdasarkan indikator tundaan yang ada pada setiap simpang, baik itu indikator tundaan simpang bersinyal. Dan berdasarkan hasil survei maupun observasi langsung di lapangan didapatkan hasil kinerja simpang yang berbeda jenis pengendalian simpangnya tersebut sebagai berikut : a. Simpang Tungkak yang merupakan simpang bersinyal maupun yang telah diatur oleh Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas ini memiliki nilai tundaan sebesar 71 detik/smp. Dan ini berarti, tingkat pelayanan pada simpang Tungkak adalah “F” ( kurang) b. Simpang Cadusa merupakan simpang bersinyal maupun yang telah diatur oleh Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas ini memiliki nilai tundaan sebesar 47 detik/smp. Dan ini bererti, tingkat pelayanan pada simpang Cadusa adalah “E” (kurang) c. Simpang Jokteng Wetan yang merupakan simpang bersinyal maupun yang telah diatur oleh Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas ini memiliki nilai tundaan sebesar 76 detik/smp. Dan ini bererti, tingkat pelayanan pada simpang Jokteng Wetan adalah “F” (kurang) 2. Perbandingan hasil analisis kondisi simpang eksisting dengan kondisi setelah optimasi simpang secara terkordinasi pun menunjukan adanya penigkatan kinerja pada setiap simpang. Indikator nilai tundaan menunjukan adanya perubahan: a. Simpang Tungkak setelah di kordinasi yang awalnya memiliki waktu siklus 138 detik menjadi 100 detik peak pagi, 81 detik non peak pagi, 100 detik peak siang, 80 detik non peak siang, 94 detik peak sore, 83 detik non peak sore menghasilkan kenaikan untuk derajat kejenuhan rata-rata sebesar 18,5% menjadi 0,71, untuk antrian rata-rata mengalami kenaikan 2,5% menjadi 36 meter, kemudian penurunan nilai tundaan rata-rata sebesar 23% menjadi 53 detik/smp. b. Simpang Cadusa setelah di kordinasi yang awalnya memiliki waktu siklus 84 menjadi 100 detik peak pagi, 81 detik non peak pagi, 100 detik peak siang, 80 detik non peak siang, 94 detik peak sore, 83 detik non peak sore, menghasilkan penurunan derajat kejenuhan rata-rata 1,1% menjadi 0,6, untuk antrian rata-rata mengalami penurunan 3,3% menjadi 29,8 meter, kemudian kenaikan nilai tundaan rata-rata sebesar 4,6% menjadi 47 detik/smp. c. Simpang Jokteng Wetan setelah di kordinasi yang awalnya memiliki waktu siklus 148 menjadi 100 detik peak pagi, 81 detik non peak pagi, 100 detik peak siang, 80 detik non peak siang, 94 detik peak sore, 83 detik non peak sore, menghasilkan kenaikan derajat kejenuhan rata-rata 19,8% menjadi 0,68, kenaikan panjang antrian rata-rata 7,7% menjadi 30,5, kemudian penurunan nilai tundaan rata-rata sebesar 31% menjadi 51 detik/smp.

Actions (login required)

View Item