PENINGKATAN KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL PADA SIMPANG LANDOH DI KABUPATEN REMBANG

MUHAMMAD RAIHAN FAJAR SYAH, MUHAMMAD RAIHAN FAJAR SYAH and FEBRI NUR PRASETYO, FEBRI NUR PRASETYO and ATALINE MULIASARI, ATALINE MULIASARI (2023) PENINGKATAN KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL PADA SIMPANG LANDOH DI KABUPATEN REMBANG. Diploma thesis, POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA-STTD.

	Text Cover.pdf Download (88kB)
	Text Daftar Isi.pdf Download (170kB)
	Text Bab 1.pdf Download (69kB)
	Text Bab 2.pdf Download (1MB)
	Text Bab 3.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB)
	Text Bab 4.pdf Restricted to Registered users only Download (141kB)
	Text Bab 5.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB)
	Text Bab 6.pdf Download (54kB)

Abstract

Simpang Landoh adalah simpang tidak bersinyal bertipe 422 yang menjadi titik pertemuan antara jalan nasional sebagai jalan mayor dengan jalan kabupaten sebagai jalan minor. Simpang ini menjadi penghubung ke arah selatan yaitu Kabupaten Blora, ke arah utara yaitu Kecamatan Rembang (CBD), ke arah timur yaitu Kecamatan Pamotan, dan ke arah barat yaitu Kecamatan Sumber yang menyebabkan Simpang Landoh memiliki volume kendaraan yang cukup tinggi. Pada saat diadakan Musrenbang dengan masyarakat setempat, seringkali masyarakat meminta untuk dapat pengkajian lebih lanjut atau peningkatan pada Simpang Landoh ini. Setelah dilakukannya pengamatan bersama Tim PKL Rembang bahwasannya terdapat beberapa temuan pada Simpang Landoh. Pengguna jalan pada jalan minor kesulitan ketika ingin menyeberang dikarenakan volume kendaraan pada Simpang Landoh yang cukup tinggi pada jam sibuknya sebesar 5.409 kendaraan/jam dan juga ditambah dengan kecepatan rata – rata pada jalan mayor sebesar 63,22 km/jam yang bisa saja menimbulkan bahaya. Terlebih lagi dengan kinerja Simpang Landoh yang buruk pada jam sibuknya dengan derajat kejenuhan sebesar 0,79 yang sudah mendekati ambang batas pada PKJI 2023, panjang antrian sebesar 44 meter dan tundaan sebesar 32 detik dengan tingkat pelayanan menurut PM 96 Tahun 2015 adalah D. Kemudian pada Simpang Landoh sendiri sering terjadi kecelakaan, dimana menurut data kepolisian terdapat black spot pada persimpangan tersebut sejumlah 12 kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama 2021 – 2023 dan menurut wawancara masyarakat setempat terdapat beberapa kecelakaan yang terjadi tetapi tidak dilaporkan ke kepolisian. Maka dari itu perlunya usulan pemecahan masalah dalam upaya peningkatan kinerja simpang dan mengurangi angka kecelakaan lalu lintas. Dalam penentuan tipe pengendalian Simpang Landoh mengacu pada grafik tipe pengendalian simpang Australian Road Research Board (ARRB) dan divalidasi kembali dengan PM 96 Tahun 2015 terkait persyaratan simpang bersinyal (APILL). Sehingga Simpang Landoh dapat dikatakan sudah bisa menjadi simpang bersinyal. Kemudian untuk usulan yang diberikan pada penelitian ini adalah usulan I (pelebaran jalan), usulan II (APILL 2 fase + pelebaran jalan), usulan III (APILL 3 fase + pelebaran jalan), dan usulan IV ( APILL 4 fase + pelebaran jalan). Setelah dilakukannya analisis kinerja simpang eksisting dan kinerja usulan perlu dilakukannya perbandingan kinerja eksisting dengan kinerja usulan, kemudian dipilih usulan terbaik berdasarkan permasalahan yang ada. Dari hasil perbandingan tersebut didapat usulan yang terbaik menurut penulis adalah usulan II yaitu menjadi simpang bersinyal dan melakukan pelebaran jalan dengan derajat kejenuhan yang lebih kecil dari eksisting sebesar 0,69, panjang antrian yang lebih kecil dari eksisting sebesar 35,24 meter, dan tundaan yang lebih kecil dari eksisting sebesar 19,99 detik/kendaraan serta perubahan tingkat pelayanan dari D menjadi C yang berarti lebih baik.

Actions (login required)

View Item